Minggu, 13 Januari 2013

GUNUNG DALAM PERSPEKTIF ISLAM



1.      Lempeng Tektonik Gunung
Suatu hal yang tadinya tidak masuk akal dikemukakan sekitar tiga abad yang lalu bahwa massa daratan raksasa seperti Asia, Eropa dan Amerika nyatanya tidak terpancang teguh di permukaan bumi dan sebenarnya bergerak ke beberapa arah. Tetapi baru pada tahun 1912, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mempublikasikan pandangannya yang kontroversial tentang pergeseran benua dimana menurutnya 300 juta tahun yang lalu semua benua-benua besar sebenarnya bersatu dalam satu massa daratan, yang kemudian bergeser menjauh satu sama lain. Satu-satunya bukti yang signifikan dari pandangannya pada saat itu adalah pencocokan jigsaw dari struktur-struktur geologis massa daratan benua-benua yang berbatasan serta persamaan tanaman dan kehidupan hewannya. Selama masa hayatnya, teorinya ini dianggap sebagai suatu yang absurd dan baru pada tahun 1960-an mendapat perhatian serius orang. Melalui investigasi yang melibatkan beberapa disiplin keilmuan, termasuk observasi satelit angkasa, muncullah bidang studi baru yang disebut plate tectonics tersebut. Rangkuman dari sifat-sifat dasar teori tersebut dan pengetahuan yang dimiliki manusia sekarang ini tentang proses geologis bumi akan dirinci di bawah ini.
1.        Bagian dalam bumi terdiri dari dua inti dalam dan luar berbentuk besi dan nikel cair dengan temperatur 55000. Daerah ini dikitari oleh bagian yang lebih dingin dan lebih tebal dari bahan bebatuan dengan ketebalan 3000 kilometer yang disebut sebagai mantel bumi. Daerah paling luar adalah bagian tipis yang disebut sebagai kerak bumi. Bagian ini mengapung di atas mantel laiknya rakit di atas air danau. Kerak ini terdiri dari kerak benua (continental crust) di atas mana kita hidup, sifatnya ringan dan tebalnya sekitar 100 kilometer, sedangkan yang lainnya adalah kerak samudra (oceanic crust) yang terdiri dari material bebatuan yang lebih padat dan berada di bawah lautan.
2.         Kerak bumi terdiri 12 lempengan seperti Eurasia, Afrika dan Amerika yang mengambang di atas mantel dalam. Lempengan tersebut terdorong bergerak dalam suatu pola lingkaran yang kompleks, dimana ada lempengan yang bergerak mendekat, ada yang bergerak menjauh dan ada pula yang saling menggeser dengan lempengan lain. Meski kecepatan gerak lempengan itu terlalu kecil untuk bisa dilihat mata karena hanya beberapa centimeter per tahunnya, tetapi dalam jangka waktu ratusan juta tahun maka jaraknya menjadi amat besar seperti yang kita jumpai antar benua sekarang ini.
3.         Jika dua lempengan benua bergerak tepung satu sama lain maka bahan yang terdapat di tepian lempengan akan naik mencuat permukaannya dimana terciptalah gunung-gunung pada saat itu. Adapun lempengan samudra bila mendekat atau bergerak menjauh satu sama lain, akan mencipta palung-palung di dasar samudra. Dengan demikian gunung-gunung nyatanya mewujud akibat dari gerakan dan benturan lempengan benua. Lempengan India terlepas dari lempengan Afrika sekitar 200 juta tahun yang lalu dan kemudian bertumburan dengan lempengan Eurasia dengan akibat terbentuknya dataran tinggi pegunungan Himalaya yang besar itu. Lempengan benua raksasa ini masih tetap bergerak dan karena itu pegunungan Himalaya masih terus bertambah tinggi sampai dengan hari ini.
4.         Apa yang menjadi hakikat dari daya yang menggerakkan lempengan tektonik raksasa itu masih belum dipahami sepenuhnya dan masih terus diteliti secara intensif. Namun pada umumnya disepakati bahwa daya gerak itu muncul dari proses konfeksi dan sirkulasi bahan mantel yang terdorong dari inti bumi yang panas. Prosesnya mirip dengan air panas di dalam teko yang dipanasi dari bawah. Meski terlihat ajaib, sebenarnya kaidah fisika dan proses dasar yang terdapat dalam sirkulasi mantel di dalam bumi adalah sama dengan sirkulasi udara di atmosfir yang naik di daerah tropis dan turun di daerah bujur yang lebih dingin. Proses itu juga yang membentuk awan-awan di atmosfir bumi.
 Bagian dalam bumi selama ini berubah terus menerus, dan merupakan media yang hidup dan dinamis sejak mewujudnya sekitar 4,6 milyar tahun yang lalu. Gerak dari lempengan tektonik mengarah pada pembentukan atau penghancuran dari massa daratan, gunung-gunung di permukaan bumi serta palungan di dasar samudra. Tanpa adanya gerakan dari lempengan tektonik maka massa daratan beserta semua gunung-gunungnya sudah lama sirna sejak dulu akibat dari proses erosi yang berkelanjutan. Seluruh bumi tentunya sudah tertutup oleh lautan. Mahluk daratan dan kehidupan manusia seperti yang sekarang ada di muka bumi yang memiliki sungai, air minum, sumber makanan dan kebutuhan lain bagi eksistensi manusia, jadinya tidak mungkin tanpa adanya gerakan dari lempengan tektonik serta keberadaan gunung-gunung.
Apakah konsep dan proses luar biasa yang diuraikan di atas itu hanyalah reka-rekaan berdasar suatu teori baru yang masih harus diuji? Apakah kita memiliki bukti telaah yang cukup untuk membenarkan ide yang revolusioner demikian?
Jawaban singkatnya adalah sekarang ini banyak bukti meyakinkan yang diperoleh dari berbagai bidang studi (seperti struktur geologi, magnetit, fosil-fosil, hayati tumbuhan dan hewan dan lain sebagainya) yang membuktikan bahwa teori lempengan tektonik itu memang benar adanya. Semua ini marak sekitar 50 tahun terakhir. Bukti yang paling persuasif diperoleh dari telaah langsung atas gerakan benua-benua melalui instrumen berbasis daratan dan yang dibawa satelit angkasa. Semua observasi yang dilakukan secara amat presisi itu mengindikasikan bahwa benua-benua bergerak satu sama lain. Benua Amerika Utara contohnya, bergerak menjauh dari Eropa sekitar 3 sentimeter setiap tahunnya. Meski gerakan itu sepertinya amat kecil, tetapi nyatanya telah mencipta samudra Atlantik dalam kurun waktu 300 juta tahun.

Gambar 1. Struktur Internal Bumi
Pada lapisan mantel (mantle)  berupa cairan kental, sedangkan kerak bumi berupa lapisan yang keras yang “mengapung” diatas mantel adalah kerak bumi dimana lempeng benua dan samudra berada. Lempeng-lempeng tersebut dan batasnya dapat kita lihat pada gambar berikut :
Gambar 2. Lempeng Bumi
Batas bergaris merah menunjukkan adanya tumbukan sedangkan garis hijau lempeng terus menjauh. Dua lempeng yang mengalami tumbukan salah satunya dapat digambarkan seperti pada gambar berikut:
Gambar 3. Tumbukan lempeng
Terlihat munculnya deretan gunung berapi pada daerah tumbukan lempeng tersebut.
Gambar 4. Gunung pada tumbukan lempeng
Dan di daerah tersebut akan sering mengalami goncangan-goncangan atau gempa bumi. Dari peristiwa diatas lokasi-lokasi gunung berapi dan gempa bumi di bumi sebagaimana gambar berikut:
Gambar 5. Gunung api dan Gempa bumi

2.      Ayat Tentang Gunung dalam Al-Qur’an
Al Qur’an Allah SWT menyebut gunung dengan dua perkataan bahasa Arab. Yang pertama kata jamak ‘jibal’ dan disebut sebanyak 33 kali, manakala kata tunggal ‘jabal’ disebut enam kali dan yang kedua kata ‘rawasi’ yang diulang sebanyak 10 kali.
Menurut Rosihan dan Fadlullah, istilah jabal lebih bersifat umum, sedangkan rawasi kemungkinan dimaksudkan khusus untuk menyebutkan gunung yang berfungsi sebagai pasak bumi. Kata rawasi bermakna sesuatu yang dapat membuat benda yang bergoncang menjadi diam, dalam hal ini benda yang bergoncang adalah bumi.
Penggunaan isim makrifat (al) yang mendahului kata ard dalam Surah Al-Nahl ayat 15. Isim (kata benda) ini menunjukkan pengkhususan, dalam hal ini pengkhususan bagian tertentu daripada bumi. Ini bererti ‘gunung’ dimaksudkan dalam ayat berkenaan tidak terdapat di seluruh permukaan bumi, akan tetapi hanya pada wilayah tertentu. Wilayah yang berkenaan kemungkinan adalah batas-batas lempeng.
Bagian lain setelah kata rawasi dalam Surah Al-Nahl ayat 15 adalah perkataan tamiida bikum yang bermakna ‘supaya ia tidak menghayun-hayunkan kamu.’ Perkataan ini mungkin menunjukkan ‘gunung’, yang dibicarakan dalam ayat itu ialah gunung berada dekat dengan permukiman manusia, yakni gunung-gunung di batas lempeng konvergen. Gunung di bawah laut (batas lempeng divergen) mungkin tidak termasuk dalam ‘gunung’ yang dibicarakan ayat ini.

Pengertian Integrasi-Interkoneksi



A.      Pengertian Integrasi-Interkoneksi
         Integrasi-Interkoneksi = upaya mempertemukan ilmu-ilmu agama (Islam) dengan ilmu-ilmu umum
B.      Implementasi Integrasi-Interkoneksi
C.      Sentral Keilmuan Integrasi-Interkoneksi & Teoantroposentrik Integratif-interkonektif
D.     Tujuan Integrasi-Interkoneksi
         Integrasi-Interkoneksi -> memahami kehidupan manusia yang kompleks secara terpadu dan menyeluruh

E.      Harapan Integrasi-Interkoneksi
·         Integrasi-Interkoneksi -> Terwujudnya manusia yang mulia (Q.S. Al-Mujadilah: 11)
·         Manusia yang Mulia (Berderajat Tinggi) (Q.S. Al-Mujadilah: 11)  = Beriman + Berilmu +  Beramal Shalih
·        

F.       Fungsi Ilmu terhadap Iman dan Amal-shalih
·         Ilmu = Memperkuat Iman, Mengoptimalkan Amal Shalih

Memadukan Islam dan Sains (Beberapa Pendekatan)



Beberapa Pendekatan Memadukan Islam dan Sains
1)      Pendekatan “Sains Islam”
Tokoh :
·         Sayyed Hossein Nasr
·         Ziauddin Sardar
·         Maurice Bucaille
Gagasan :
·         Perlunya etika islam untuk mengawal sains.
·         Perlunya landasan epistemologi Islami untuk suatu sistem sains (“sains islam”)
2)      Pendekatan “Penafsiran (sentuhan) Islami”
Tokoh :
         Mehdi Ghulsani
         Bruno Guiderdoni
Gagasan :
·         tidak perlu membangun sains islam tetapi cukup memberikan penafsiran (sentuhan) islami terhadap sains yang ada saat ini
3)      Pendekatan “Islamisasi Ilmu”
Tokoh :
         Naquib Al-Attas
         Ismail Raji’  Al-Faruqi
         Harun Yahya
Gagasan :
         hendaknya ada hubungan timbal-balik antara aspek realitas (sains/iptek) dan aspek kewahyuan (islam).
4)   Implementasi “Islamisasi Ilmu” menurut Ismail Raji’ Al-Faruqi
5)   Pendekatan “Islamisasi Penuntut Ilmu”
Tokoh :
         Fazlur Rahman
Gagasan :
         Yang harus mengaitkan dirinya dengan nilai-nilai islam adalah pencari ilmu bukan ilmunya.
6)        Pendekatan “Ilmuisasi Islam”
Tokoh :
         Prof. Dr. Kuntowijoyo (Alm)
Gagasan :
         Perumusan teori ilmu pengetahuan yang didasarkan kepada Al-Quran (menjadikan al-Quran sebagai suatu paradigma).
7)        Pendekatan “Pohon Ilmu”
Tokoh :
         Prof. Dr. Imam Suprayogo (Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang)
Gagasan :
         Agama sebagai dasar pengembangan sains.
         Sains dipandang merupakan bagian dari kajian keagamaan Islam.
8)        Pendekatan “Integrasi-Interkoneksi”
Tokoh :
         Prof. Dr. Amin Abdullah
Gagasan :
         Mempertemukan antara ilmu-ilmu agama islam (hadlarah al-nash) dan ilmu-ilmu umum (hadlarah al-’ilm) dengan filsafat (hadlarah al-falsafah)
9)      Pendekatan “Sains dan Teknologi Berbasis Wahyu”
Tokoh :
         Agus Purwanto, D.Sc. (Dosen ITS)
Gagasan :
         Pengembangan Sains dan Teknologi yang ada dalam Al-qur’an dan Al-sunnah (ontologi, epistemologi, dan aksiologi)
          
Latar Belakang  Integrasi-Interkoneksi
Pendidikan Terpadu
A.      Landasan Integrasi-Interkoneksi
·         Normatif-Teologis
           Landasan Normatif-Teologis = cara memahami sesuatu dengan menggunakan ajaran yang diyakini berasal dari Tuhan
           Kebenaran normatif- teologis = MUTLAK
         Al-qur’an + Al-sunnah
tidak membedakan antara ilmu-ilmu agama (islam) dan ilmu-ilmu umum (sains-teknologi dan sosial-humaniora)
         Q.S. Al-Qashash/28 : 77

·         Filosofis
·         Kultural
·         Sosiologis
·         Psikologis
·         Historis

B.      Metode Pengembangan Ilmu Umum
(Q.S. Al-baqarah: 31)
(Q.S. Al-maidah: 31)
A.      Perintah untuk Meneliti
(Q.S. Yunus: 101)
(Q.S. Al-Ghaasyiyah: 17-20)
B.      Landasan Filosofis Integrasi-Interkoneksi
·         Hidup itu Kompleks
·         Ilmu Agama + Ilmu Umum  = Memahami Kompleksitas Kehidupan Manusia
·         Integrasi-Interkoneksi -> memahami Kompleksitas Kehidupan Manusia

C.      Landasan Kultural (Budaya) Integrasi-Interkoneksi
·      Pendidikan
·           Tidak boleh mengabaikan budaya (potensi) lokal
·      Jika budaya/potensi lokal tidak dijadikan basis pengembangan keilmuan
           maka akan terjadi proses elitisme ilmu
           sehingga ilmu kurang berfungsi dalam kehidupan nyata

D.     Landasan Sosiologis Integrasi-Interkoneksi

E.      Landasan Psikologis Integrasi-Interkoneksi
·         Pembacaan secara parsial  -> Perpecahan kepribadian
·         Pembacaan secara terpadu dan menyeluruh -> Memperkuat kepribadian

F.       Landasan Historis Integrasi-Interkoneksi
 
         Abad Modern : tekanan dari ilmu-ilmu agama mulai berkurang, bahkan hampir tidak ada
         Ilmu Umum : Berkembang pesat, tetapi mengabaikan norma-norma agama dan etika kemanusiaan.
         Ilmu Agama + Ilmu Umum = KOMPAK
source : PPT Dosen
 

Islam dan Sains | Copyright © 2012 | Powered by Blogger | Manga Distro Baca Komik Manga